1 Samuel 30:21-31

Menjadi pemimpin yang bijak

26 Juli 2022
Pdt. Hans Wuysang, M.Th., CLC
Menjadi pemimpin yang bijak
Orang tua sering berkata kepada anak muda, bahwa mereka belum banyak makan asam-garam kehidupan. Maksudnya, pengalaman mereka masih sedikit, belum membentuk mereka menjadi seseorang.

Walau masih jauh dari sempurna, namun pengalaman Daud, jatuh bangun imannya, membentuknya sebagai seorang pemimpin yang dihormati. Bukan karena jago berperang, atau disiplin yang keras semata, namun bagaimana ia memperlakukan orang-orangnya dan para pemimpin masyarakat bangsanya.

Kepada pasukannya ia tidak membeda-bedakan. Walau sebagian pasukan terlalu lelah untuk ikut menyerbu dan mengalahkan Amalek (ay. 10), mereka tetap mendapatkan jarahan dari kemenangan tersebut (ay. 24-25). Solidaritas yang ditunjukkan Daud pasti membuahkan komitmen dan kesetiaan mereka.

Daud sadar sudah waktunya balik ke Yehuda. Maka ia merangkul para tua-tua Yehuda dengan membagikan jarahan yang diperolehnya dari orang Amalek. Dengan demikian para tua-tua Yehuda yang telah kehilangan figur raja dari Saul, dapat melihat sosok pemimpin masa depan yang dapat mereka andalkan.

Paulus pernah menasihati anak rohaninya, Timotius yang masih muda namun dipercayakan kepemimpinan di gereja di Efesus demikian: ?Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu? (1Tim. 4:12).
GEMA CATALOG
Marilah bersama-sama bergabung dalam lingkaran doa orang percaya untuk mendoakan sesama, keluarga, bahkan musuh kita sekalipun. Kita juga mendoakan untuk lingkungan dan negara kita.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16
www.bahteraindonesiacerah.or.id | Bahtera Indonesia Cerah Copyright 2021. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design