Bilamana Misi Tidak Terjadi?

by Pdt. Hans Geni Arthanto MA.
1 Mei 2023
Sementara orang beranggapan bahwa doa adalah hal yang mudah. Doa adalah nafas hidup orang Kristen, seperti halnya orang bernafas, terjadi dengan sendirinya, demikianlah doa. Tapi bagi sebagian orang doa adalah hal yang berat. Sewaktu Yesus mengajak ketiga murid-Nya yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke atas gunung untuk berdoa, apa yang terjadi? Ketiga murid-Nya tertidur! Begitu pula saat Yesus bergumul dalam doa di taman Getsemani, para murid juga tertidur! Ini bukan jenis doa yang biasa, melainkan suatu doa pergumulan “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Tanpa pergumulan Yesus di dalam doa, misi tidak terjadi!

Tidak Ada Misi Tanpa “Kematian”

Yesus bergumul antara kehendak sendiri atau kehendak Bapa, sampai tiga kali Ia berdoa dan dikatakan keringat-Nya menjadi seperti darah. Spurgeon mengutip penjelasan tabib tua Galen yang menyatakan bahwa dalam situasi ketakutan yang luar biasa, seseorang dapat mengeluarkan keringat yang warnanya hampir seperti darah. Mengapa Yesus takut? Karena Yesus tahu apa yang akan dihadapi, yaitu kekejaman tentara Romawi, penderitaan yang sangat dan cara kematian yang menakutkan. Secara manusiawi Yesus mau lari dari kehendak Bapa, namun Ia memilih untuk “mati” atas kehendak diri sendiri agar misi yang dipercayakan kepada-Nya terjadi! Oleh kematian-Nya di atas salib, keselamatan dan kehidupan dianugerahkan bagi semua orang yang percaya pada-Nya.

Tanpa “kematian” pada kehendak diri, tidak ada orang yang berkata “ya” pada panggilan Tuhan untuk pergi meninggalkan zona nyaman dan bersedia diutus ke ladang misi. Tuhan Yesus juga memberikan perumpamaan yang jelas sekali bahwa bila biji gandum harus jatuh ke tanah dan mati, barulah ia akan menghasilkan buah yang banyak (Yoh.12:24). “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu”, inilah jeritan doa Tuhan Yesus di Getsemani. Ini juga yang harusnya menjadi jeritan doa kita pada Bapa. Arah pertumbuhan rohani yang benar adalah dari sikap yang ego-sentris menjadi Kristus-sentris, “aku” semakin kecil dan “Yesus” semakin besar dalam hidup kita. Maukah saudara “mati” dari sikap egosentris? Maukah saudara menjadikan Kristus menjadi pusat hidupmu?

Tidak Ada Misi Tanpa Pengurbanan

Waktu Yesus berada di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Lalu minyak itu dicurahkan ke atas kepala Yesus yang sedang duduk makan. Dan murid murid-Nya marah sekali dan berkata “Untuk apa pemborosan ini?”, karena mereka tahu betapa mahalnya minyak tersebut. Namun perempuan tersebut tidak pernah menganggap apa yang diberikan itu sebagai sesuatu yang mahal dibandingkan dengan apa yang Tuhan telah buat baginya. Sesungguhnya apa yang dilakukan perempuan itu adalah wujud dari kasih kepada Tuhan, oleh karena Tuhan terlebih dahulu mengasihinya. Tanpa kasih, mustahil ada pengorbanan dan tanpa pengorbanan tidak ada misi. Sebagaimana Tuhan Yesus katakan “Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebutkan juga untuk mengingat dia” (Mat.26:13). Benarkah dimana Injil diberitakan, maka kisah tentang pengorbanan perempuan ini diceritakan lagi? Realitasnya tidak demikian, namun yang terjadi setiap kali ada pekabaran injil maka pasti ada orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan seperti perempuan itu yang mendukungnya! Mendukung dengan apa yang dimilikinya, bahkan yang terbaik yang ada padanya. Sesungguhnya tanpa pengorbanan tidak ada misi.

Seorang anak berusia 10 tahun menangis terisak-isak di pangkuan ibunya, seorang pengusaha sukses yang berhati misi dan selalu mendukung pekerjaan Tuhan dengan harta miliknya. Mengapa anak tersebut menangis? Rupanya anak tersebut senang sekali melukis, dan kerapkali ia memenangkan lomba lukis, ia mendapatkan hadiah berupa uang tunai. Tapi kali ini ia kalah, bahkan beberapa bulan terakhir ini ia selalu kalah dalam lomba lukis! Sang ibu berkata pada anaknya: ”sudahlah nak, masih ada kesempatan lain, nanti juga kamu bisa menang”. Namun sang anak menjawab dengan sangat sedih “buat mama mudah berkata demikian, karena mama punya banyak uang, jadi setiap saat bisa saja memberi buat pekerjaan Tuhan. Sedangkan aku, kalau menang lomba lukis baru punya uang. Jadi kalau aku kalah, aku tidak punya uang dan tidak bisa memberi buat pekerjaan Tuhan, aku sedih deh jadinya”. Wow, betapa mulianya hati anak ini! Sejak kecil ia telah belajar memberi bagi pekerjaan Tuhan, bagi pekerjaan misi. Inilah suatu kurban yang harum di mata Tuhan. Bukan berapa banyak jumlahnya, tapi berapa besar kasih dan pengorbanan yang mendasarinya, sebagaimana Yesus memuji janda miskin yang memberikan persembahan dua peser dikatakan bahwa ia memberi lebih banyak daripada orang lainnya. Tuhan mencari orang-orang yang punya hati misi; yang mau memberi seperti anak ini, seperti janda miskin ini dan seperti perempuan-perempuan kaya yang melayani Yesus. Mereka semua melayani dengan cinta, sungguh suatu kurban persembahan yang harum di hadapan Tuhan. Tanpa kurban tidak ada api turun dari sorga, dan sesungguhnya tanpa pengorbanan tidak ada misi! Maukah saudara berkurban bagi pekerjaan Tuhan? Maukah saudara berkurban bagi misi?
Marilah bersama-sama bergabung dalam lingkaran doa orang percaya untuk mendoakan sesama, keluarga, bahkan musuh kita sekalipun. Kita juga mendoakan untuk lingkungan dan negara kita.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16
www.bahteraindonesiacerah.or.id | Bahtera Indonesia Cerah Copyright 2021. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design