Quo Vadis

by Pdt. dr. Robby C. Moningka S.Th, M.A.Th..
31 Januari 2022
Judul renungan ini saya ambil dari judul film klasik produksi Hollywood th 1951 berjudul Quo Vadis. Film tersebut dibuat berdasarkan novel karya penulis Henryk Sienkiewicz yang diterbitkan pada tahun 1896. Quo Vadis (Latin) artinya “Mau kemana?” adalah pertanyaan yang diucapkan oleh Rasul Petrus kepada Tuhan Yesus yang menampakkan diri saat Petrus sedang melarikan diri ketakutan akibat kekejaman Nero penguasa Romawi.

Gaung pertanyaan Quo Vadis? seolah bergema kembali saat kita memasuki tahun 2022 yang masih menyimpan banyak ketidak-jelasan kemana arah tujuan perjalanan kehidupan kita. Pandemi covid-19 yang belum reda bahkan ditengarai munculnya varian baru seperti Omicron. Sementara roda perekonomian masih begitu lambat bergulir meskipun sudah mulai ada aktifitas yang bangkit.

Tapi yang paling membuat saya tergerak menulis renungan bertajuk Quo Vadis 2022? dalam Newsletter Yayasan Bahtera Indonesia Cerah (BeACh) edisi Januari - Maret 2022 adalah pergumulan yang kami sedang hadapi memasuki awal tahun baru 2022 ini.

Seperti yang sudah kami sampaikan dalam Newsletter edisi 2021 yang lalu kami sudah membuat program khusus di Talaud. Oleh anugerah Tuhan melalui dukungan doa dan dana dari Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian, kami sudah membeli sebidang tanah di desa Maririk. Puji Tuhan!

Dua pengurus BeACh yaitu Pdt. Hans Wuysang dan istri beliau (Ibu Suprapti Sekarmadidjaja) pun telah menetap di sana sebagai utusan misi (missionaries) sejak akhir Juli 2021. Kami bahkan sudah sempat dipenuhi rasa euforia serta amat antusias dan sangat bersemangat untuk membangun proyek BeACh Centre. Desain lengkap proyek tersebut sudah diselesaikan oleh pakar kami Ir. Gunarto yang juga adalah Ketua Badan Pengurus Yayasan Bahtera Indonesia Cerah. Saya sendiri sudah berangkat ke Manado dan Bitung pada minggu terakhir Desember 2021 dan siap menyeberang ke Talaud awal Januari 2022 untuk memimpin ibadah syukur sekaligus peletakan batu pertama pembangunan proyek BeACh Centre tersebut.

Tetapi manusia memang boleh berencana namun hanya Tuhan yang berdaulat menentukan semuanya. Seperti tetesan embun sejuk yang menyegarkan di pagi hari namun hilang menguap ketika diterpa sinar mentari begitu pula yang terjadi dengan SEMUA rencana kami.

Kami harus menunda Pembangunan proyek BeACh Centre tersebut. Saya pun tidak jadi menyeberang ke Talaud (meski sudah membeli tiket pesawat dari Manado ke Talaud) demikian pula Bpk. Ir. Gunarto yang juga harus membatalkan tiket ke Talaud dari Jakarta. (Untuk lebih jelas dan details sila simak Laporan terpisah yg dibuat oleh Pdt Hans Wuysang selaku PIC)

Itu sebabnya saya pun menulis renungan (yang mungkin lebih tepat saya sebut curahan/ungkapan perasaan saya) selaku Pembina sekaligus representasi segenap Pengurus kepada Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian rekan-rekan sepelayanan yang merupakan mitra pendukung kami baik dalam doa, dana dan daya selama ini.

Kami memang kecewa tetapi tidak putus asa apalagi menyerah kalah. Saat menulis renungan ini saya teringat perkataan dari Brother Andrew (Pendiri Yayasan Open Door Ministry) yaitu Bila kita mengerjakan pelayanan lalu SEMUA lancar JANGAN merasa senang karena mungkin apa yang kita kerjakan tidak penting sehingga musuh kita (setan) tidak menghambat. Tapi jika kita mengerjakan pelayanan lalu banyak hambatan JANGAN menyerah karena mungkin pelayanan ini penting sehingga setan berusaha menggagalkannya.

Saya pun teringat akan pesan Tuhan Yesus ketika mengutus murid-murid-Nya. Yesus mengatakan:
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16)

Kita diutus seperti domba yang lemah tidak punya kekuatan apalagi perlengkapan terutama senjata sehingga kita harus beriman dan mengandalkan Tuhan. Ladang pelayanan kemana kita diutus itu dipenuhi oleh serigala yang ganas dan buas. Kita harus waspada dan berhati-hati.
Kita perlu cerdik seperti ular dan memakai akal-budi serta pikiran kita dan jangan picik tapi juga tidak licik. Kita harus tulus seperti merpati memiliki motivasi yang murni berdasarkan kasih yang diteladani oleh Kristus (Agape).

Kasih Allah yang mau inkarnasi jadi manusia bahkan menderita sampai mati disalib di Kalvari
Kasih yang sabar dan murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong (1 Korintus 13:4)

Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip perkataan rekan Pengurus BeACh, Pdt. Hans Geni Arthanto yang mengatakan sekaligus mengingatkan bahwa Pelayanan kita adalah pelayanan yang bersifat EVOLUSI dan bukan REVOLUSI. Kita harus sabar menunggu dan tidak boleh bertindak secara sepihak apalagi dengan emosi atau ambisi!

Kembali pada judul renungan ini Quo Vadis 2022? Mau kemana kita di tahun 2022? Biarlah kita tetap tekun berdoa serta menanti dengan sabar “kemana Tuhan akan memimpin kita di tahun 2022!”

Selamat Tahun Baru 2022 AMIN!
Pdt dr Robby C Moningka S.Th M.A.Th
Pembina Yayasan Bahtera Indonesia Cerah/ BeACh
Marilah bersama-sama bergabung dalam lingkaran doa orang percaya untuk mendoakan sesama, keluarga, bahkan musuh kita sekalipun. Kita juga mendoakan untuk lingkungan dan negara kita.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16
www.bahteraindonesiacerah.or.id | Bahtera Indonesia Cerah Copyright 2021. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design