The Greatest Friday

by Pdt. dr. Robby Moningka, S.Th., M.A.Th..
17 April 2021
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya (Lukas 23:46)

Pada tanggal 2 April 2021 seluruh umat kristiani di dunia memperingati hari kematian Yesus Kristus. Hari yang dikenal sebagai Good Friday yang secara harafiah bisa diterjemahkan dengan “Hari Jumat yang baik”. Tidak mudah untuk mencerna mengapa hari kematian Yesus Kristus yang memang terjadi pada hari Jumat tersebut diberikan label “Good” (=Baik). Pada hari tersebut Yesus dihukum mati disalib meskipun secara hukum Dia sebetulnya tidak bersalah. Dia juga mengalami penghinaan dan olok-olok serta dicambuk hingga seluruh tubuh-Nya terkoyak dan tercabik. Sebuah mahkota duri disematkan di atas kepala-Nya dan lambung-Nya ditikam dengan sebuah tombak tajam hingga pecah. Dia dipaku di atas kayu salib di antara dua penjahat sampai Ia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir.

Jelas ini bukanlah sebuah hari yang baik yaitu hari keberuntungan apalagi hari yang penuh bahagia dan sukacita. Namun Pemazmur mengatakan “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mzm. 118:24)

Alasannya adalah karena kematian Yesus Kristus di hari Jumat tersebut adalah kematian yang merupakan kurban untuk memperdamaikan Allah Bapa dengan manusia yang telah berdosa kepada-Nya. Kematian Tuhan Yesus di hari Jumat tersebut telah menganulir dan menihilkan maut (kematian kekal) yang adalah upah/ganjaran dosa bagi manusia berdosa. John Owen mengatakan bahwa maut telah dimatikan di dalam kematian Kristus (The death of death in the death of Christ). Kematian Kristus di hari Jumat tersebut adalah baik sebab membawa kebaikan/keberuntungan bagi manusia yang sudah jatuh dalam dosa dan seharusnya mati akibat dosanya. Hari kematian Kristus disebut Good Friday karena setiap orang berdosa yang bertobat serta beriman/percaya pada Kristus lalu menerima/mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi akan diluputkan dari maut. Puji Tuhan!

Saat menuliskan renungan ini saya teringat cerita tentang seorang nenek yang sudah tua dan dia tidak lagi mengingat anak-anaknya atau saudara-saudaranya. Tetapi bila dia dikunjungi oleh pendeta dan menerima sakramen perjamuan kudus yang biasanya dilayani untuk memperingati hari kematian Kristus maka nenek tersebut selalu berkata demikian, “Ini hari Jumat Agung hari di mana Kristus mati bagiku untuk menebus dan menyelamatkanku.” Nenek tersebut adalah istri dari Pdt. Gouw Khiam Kiet yang merupakan perintis cikal bakal dari gereja GKI Perniagaan di Jakarta. Gereja yang dikenal dan disebut Gereja Salib Tiga oleh masyarakat sekitarnya karena ada tiga salib di atap gedungnya.

Terjemahan bahasa Indonesia dari Good Friday adalah Hari Jumat Agung yang dalam bahasa Inggris adalah Great Friday. Inilah makna yang saya kira lebih tepat daripada Good Friday. Bahkan bagi saya hari kematian Tuhan Yesus adalah hari Jumat Teragung/Terbesar (=The Greatest Firday). Karena pada hari tersebut telah dikurbankan kurban penebusan dosa terbesar yaitu Anak Domba dan Putra Tunggal dari Allah yang kudus yang dipersembahkan karena kasih yang terbesar yakni kasih dari Allah Tritunggal (Bapa, Anak & Roh Kudus) yang menjadi/membawa berkat terbesar bagi manusia berdosa.

Greatest Friday = The Greatest Sacrifice from The Greatest God with the Greatest Love to bring the Greatest Blessing to sinners.

Petinju legendaris Moh. Ali selalu sesumbar mengatakan bahwa dia adalah The Greatest (Yang terbesar) tapi hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah yang layak dan pantas disebut The Greatest.

Yayasan Bahtera Indonesia Cerah (BeACh) didirikan untuk menyaksikan dan mengabarkan karya penebusan dosa dari kematian Kristus ini kepada mereka yang belum percaya dan menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka. Dan kami mengajak setiap orang percaya untuk ikut berbagian dalam pelayanan yang kami kerjakan. Kami pun menyadari bahwa apa yang sudah, sedang dan akan kami kerjakan bukanlah hal yang terbesar seperti yang telah dikerjakan Kristus yang mati disalib. Tapi kami ingin menjadi saluran berkat dari Kristus seperti akronim nama kami yakni BeACh (=Be A Channel of Christ).

Mengakhiri renungan ini saya ingin mengutip perkataan dari Mother Teresa yaitu Tidak semua dari kita bisa melakukan hal yang besar tetapi kita bisa melakukan hal yang kecil dengan kasih yang besar (Not all of us can do great things but we can do small things with great love). Amin

Teriring ungkapan syukur pada Tuhan serta ucapan terimakasih pada setiap bapak/ ibu/sdr/i yg telah mendukung pelayanan kami selama ini baik dalam doa, daya maupun dana.

(dari BeACh News edisi 02 Tahun 2021)
Marilah bersama-sama bergabung dalam lingkaran doa orang percaya untuk mendoakan sesama, keluarga, bahkan musuh kita sekalipun. Kita juga mendoakan untuk lingkungan dan negara kita.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16
www.bahteraindonesiacerah.or.id | Bahtera Indonesia Cerah Copyright 2021. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design