Kenyataan menunjukkan bahwa para murid Yesus belum bersih dari ambisi pribadi dan kesalahmengertian keMesiasan Yesus jelas ditunjukkan lewat perikop ini. Tidak tanggung-tanggung, Yohanes dan Yakobus mendahului para murid lain, langsung minta posisi penting di kerajaan Mesianik politik Yesus (ay. 37). Bahkan dalam Injil Matius dikatakan bahwa sang ibu dari kedua bersaudara ini ikut memintakannya pada Yesus (Mat. 20:20-21). Biasanya permintaan seorang ibu susah ditolak, bukan? Tidak heran permintaan mereka menimbulkan amarah para murid lainnya (ay. 41)!
Yesus tidak serta merta menolak permintaan mereka. Sebaliknya, Ia mengingatkan mereka akan konsekuensi yang harus mereka terima (ay. 38). Konsekuensi ini sebenarnya ialah panggilan untuk memikul salib yang Yesus pernah beritahukan kepada para murid (ay. 39; bdk. 8:34).
Baru Yesus kemudian menegaskan kembali prinsip kepemimpinan yang melayani (ay. 43-44; lih. 9:35) yang Ia sendiri sedang teladankan buat mereka (ay. 45). Kalau mereka mau menjadi pemimpin, mereka harus siap melayani habis-habisan seperti yang Guru mereka lakukan!
Yesus sudah meninggalkan teladan indah: kepemimpinan yang melayani. Pelayanan-Nya pun habis-habisan. Mari kita sekarang bertekad melayani Dia dengan tulus dan habishabisan, melalui melayani sesama kita.