Yesus tahu para murid masih memiliki hati yang mendua. Di satu sisi, mereka sedang mengikut Yesus karena sadar Dia adalah Mesias. Di sisi lain mereka memiliki ambisi masing-masing untuk menjadi yang terutama.
Yesus tidak kompromi dalam menjelaskan tujuan hidup-Nya (ay. 31). Hal tersebut membuat para murid gelisah karena sedikit banyak menyangkut pula hidup mereka (ay. 32). Mereka tidak siap untuk mendengar resiko yang harus mereka siap terima. Sebaliknya, mereka sibuk bertengkar memuaskan ego mereka mengenai siapa yang terbesar di antara mereka (ay. 34).
Kita melihat sikap lembut Yesus. Ia tidak menegur mereka. Ia mengajarkan mereka makna menjadi yang terbesar yang sedang Ia teladankan. Yang terbesar justru ialah mereka yang bersedia melayani (ay. 35)! Seorang anak kecil menjadi contoh yang pas. Menyambut dan melayani seorang anak berarti bersedia merendahkan diri, MELAYANI. Melayani anak adalah melayani Anak Manusia, melayani Allah Bapa (ay. 37)!
Kerendahan hati juga harus ditunjukkan dengan menerima orang lain yang sama-sama melayani Tuhan (ay. 38-41). Sekali lagi terlihat keagungan Yesus, yang perlu diteladani!
Banggakah kamu menjadi murid Yesus? Tunjukkan dengan kesediaanmu melayani sesama, bahkan yang dianggap orang lain kecil, remeh dan tidak berarti!